Minggu, 30 Juni 2013

PERAN ILMUAN BAGI KEMASLAHATAN UMAT MANUSIA

A.     Pengantar
Dengan hadirnya kemajuan teknologi modern, telah menghantarkan manusia pada pola hidup yang serba mudah. Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan industri yang banyak menopang laju modernitas tersebut ternyata telah membawa manusia pada keteransingan. Bahkan  dalam kemajuan teknologi sudah mulai ketika manusia beriorentasi pada teknologi itu sendiri. Keterasingan di kaitkan dengan proses industrialisasi yang semakin menempatkan harkat manusia semakin tidak di hargai. Manusia lebih di pandang sebagai obyek, bukan sebagai subyek . kerja bukan di lihat sebagai ekspresi kemanusiaan tapi justru di ubah menjadi komuditias kapitalistik belaka. Sehingga dalam kehidupan manusia tersebut hanya membawa kehidupan manusia pada keterpurukan.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi akan senantiasa mengalami perkembangan yang sangat cepat, namun di balik perkembangan Ilmun pengetahuan teknologi di butuhkan sebuah tanggungjawab sosial  keilmuan bagi kemashlatan umat manusia. Dengan perkembangan Ilmu dan teknologi di satu sisi dapat bermanfaat bagi manusia, yakni memperbaiki kualitas hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia dan berbagai kemudahan dalam berkomunikasi. Mengenai manfaat ilmu (2010: Suriasumantri) mengemukakan “Pengetahuan merupakan kekuasaan yang dapat di pakai untuk kemaslahatan manusia”.
Dengan tanggungjawab sosial keilmuan dan pengetahuan, pertanyaan kemudian akan timbul apakah batasan-batasan serta peran keilmuan dalam kemaslahatan manusia? Mengingat Ilmu pengetahuan salah satu hal yang sangat bpenting yang harus di miliki dalam kmehidupan manusia. Dengan Ilmu pengetahuan semua dapat di lakukan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi< misalnya Pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun kemudian di pergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan malapetaka bagi manusia itu sendiri. Seperti hansurnya Nagaski di Jepang, pecahnya Perang dunia ke II dan aksi terosis di lakukan  yang tidak bertanggung jawab.

B.   Peran Ilmuan Sosial bagi Masyarakat
Konsep Habermas tentang teori kritis dalam karyanya tentang filsafat ilmu sosial, On The Logic of The Social Sciences dan Knowledge and Human Interests. Habermas mengkritik positivisme dalam Ilmu-ilmu sosial, dengan mengatakan bahwa paradigma positivistik dalam ilmu sosial alam yang tujuan akhirnya adalah mengontrol alam. Ilmu budaya (Cultural Science), seperti sejarah dan antropologi , lebih sesuai didekati secara interpretatif. Tapi ketika berbicara tentang ilmu-ilmu sosial, Habermas meyakini bahwa kepentingan teknis—seperti dalam ilmu alam—dan praktis—seperti dalam ilmu budaya—seharusnya berada dibawah kepentingan emansipatoris.
Dengan demikian, yang harus dilakukan ilmuwan sosial adalah, pertama, memahami situasi subjektif yang terdistorsi secara ideologis dari individu atau kelompok; kedua, memahami kekuatan-kekuatan yang menyebabkan situasi tersebut; dan ketiga, menunjukkan bahwa kekuatan-kekuatan ini bisa diatasi melalui kesadaran individu atau kelompok yang teropresi tentang kekuatan-kekuatan itu
Habermas berpandangan bahwa dunia dewasa ini terdiri dari ragam ideal-ideal kehidupan dan orientasi-orientasi nilai yang saling bersaing, yang, karena pengaruh batas-batas bahasa dan institusi, hanya beberapa diantaranya yang mencapai wilayah publik luas. Untuk itu, bagi Habermas, dibutuhkan teori moral normatif. Kondisi modernitas, dimana ideal-ideal individu begitu beragam sehingga etika tidak lagi bisa memaksakan suatu nilai tertentu, membutuhkan prosedur tertentu untuk menyelesaikan konflik. Agar supaya bisa memenuhi tuntutan moral, prosedur dimaksud harus didasarkan pada prinsip bahwa semua manusia harus saling menghormati sebagai pribadi yang merdeka dan setara.



Teori kebenaran Habermas bersifat realis, yang berarti bahwa dunia objektif, alih-alih kesepakatan ideal, adalah penentu kebenaran. Jika sebuah pernyataan, yang kita anggap benar, ternyata benar, hal itu karena pernyataan itu dengan tepat merujuk pada objek yang ada atau dengan tepat mewakili kondisi sebenarnya. Habermas menghindari perbincangan tentang metafisika dan lebih memilih berbicara tentang hal-hal yang praktis dan implikasinya untuk diskursus dan tindakan keseharian.
Tak hanya Habermas dalam Mazhab kritis yang mengkritik para ilmuan sosial, tokoh sosial yang berpengaruh pada mazhab kritis yaitu Adorno. Theodor W Adorno mengunkapkan ilmuan sosiologi terlalu positivistik di balik ciri-ciri itu hanya menjelaskan teorinya saja, sosiologi tidak mempersoalkan kebenaran realitas itu sendiri, sosiologi hanya mengenterplasikan saja pada wilayah sosial. Sosiologi hanya memelihara Status quo dalam masyarakat, sehingga masyarakat sulit mengalami perubahan yang lebih baik, para sosiolog hanya berada pada tataran elit yang tiadak menpunyai nilai kontribusi bagi masyarakat bawa, sosiologi harus  turun kemasyarakat dan mendampingi
Sosiologi harus menjadi emansipator untuk memwujudkan masyarakat adil dan makmur, emansipasi masyarakat yang di berdayakan dan membela masyarakat. Sedangkan menurut Antonio Gramchi bahwa intelektual organik bagian dari masyarakat dan bagian dari perubahan. Ada dua intelektual Pertama: Organik. Kedua: bentuk formal hanya menyampaikan objektif realitas kepada para penguasa yang merubah keadaan.
C.   Budaya Modern
Kritikan terhadap masyarakat modern yang di kuasai oleh revolusi budaya, budaya dalam hal ini birokrasi mengontrol budaya modern, sehingga masyarakat serba di batasi oleh mekanisme administrasi, menjebak masyarakat menjadi kehilangan spontanitasnya, serba benda dan melahirkan budaya semu, yang pada muaranya melahirkan represifitas struktural yang melumpuhkan manusia.
Budaya modern mencapai puncak rasionalitas di letakkan pada pegangan kehidupan, di mana seluruh perilaku di tujukan dan di arahkan kepada kerangka Means yaitu cara mencapai tatanan modern menuju akhir (Ends). Budaya modern ini terjebak pada wilayah “Cara” tetapi tidak mempersoalkan tujuan. Cara atau proses dalam hal ini yang sering di gunakan adalah Efisien dan Efektifitas. Weber sering mengistilakan budaya modern ini adalah jebakan instrumental hanya mementingkan cara tanpa melihat akhir dari proses tujuan, sedangkan Eric from melihat kebudayaan hanya berkembang satu dimensi saja (one dimension Man) hanya mempersoalkan cara bukan tujuan.

D.   Tanggungjawab Ilmuan terhadap  emansipasi verbal sebagai kekuatan perlawanan terhadap pertarungan kelas.
Penemuan konsep komunikasi dalam teori kritis Habermas ini secara tidak langsung ikut mengkritisi teori Karl Marx yang memusatkan diskursus pertarungan kelas borjuis yang mengusai mode of production dan proletar serta Horkeimer dan Adorno yang memfokuskan pada masyarakat industri barat yang mengusai aspek produksi dan secara tidak langsung menarik masyarakat menjadi masyarakat konsumsi yang tinggi atau dengan kata lain prinsip kapitalis. Marx Horkheimer dan Theodor Adorno hanya kritis pada emansipasi visual semata atau hanya menerima saja tanpa ada perlawanan yang cukup kuat sehingga membuata Horkheimer dan Adorno menjadi pesimis. Juergen Habermas melihat para pendahulunya mengkritisi oposisi biner sosial masyarakat lewat struktur-struktur yang di ciptakan para kaum borjuis maupun kapitalis di atas kaum proletar. Sehingga Habermas menawarkan konsep kritis emansipasi verbal yang di anggap memiliki kekuatan terhadap pertarungan kelas yang di dasari atas hubungan produksi oleh Karl marx dan kekuasaan ideologis prinsip tukar atas masyarakat industri kapitalis tua oleh Horkheimer dan Adorno. Dengan begini dapat menciptakan masyarakat kritis yang dapat menyampaikan kepentingan-kepentinganya sendiri melalui komunikasi verbal.


DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K. 2002. Filsafat Barat Kontemporer Inggris – Jerman. Jakarta: Gramedia

Geuss, Raymond. 2004. Ide Teori Kritis: Habermas & Mazhab Frankfurt. Yogyakarta: Penta Rhei.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar